Senin, 01 Desember 2014

JEPARA PARADISE

Jepara … Jeparadise! 

Jika mendengar kata Jepara, yang pertama melintas di benak saya adalah; ibu kita Kartini!
RA Kartini lahir di Mayong, Jepara. Kenangan saya waktu kecil pada hari jadinya yaitu tetap pada berkebaya, keperempuanan, perlombaan dan tentu saja kini, lambat laun seiring dengan bertambahnya usia yakni soal makna dan hikmah dari hari itu (saya sebagai seorang perempuan biasa).
Arggg … sayang liburan kami tidak panjang waktu itu, tak sempat menengok sejarah peninggalan ibu Kartini barang sebentar … dan menggali spirit wanita putri bupati di jaman Belanda itu dan napak tilas sisa-sisa yang ada. Hmmm … berkunjung ke museum.

Kedua, Jepara identik dengan kota ukir
Kota ini memiliki daya magnet tak hanya bagi bangsa Indonesia, untuk bangsa asing (bule) kota ini menyimpan talenta berlebih dalam seni ukir kayunya yang bisa didesain untuk diberdayakan. Produk buatan tanah air ini telah banyak membanjiri rumah-rumah negara tetangga, pameran internasional (di Jerman, misalnya), atau dikagumi ciri khasnya oleh banyak bangsa.
Kami tidak melewatkan kesempatan jalan-jalan dipusat ukiran Jepara dimana acara memilih sendiri barang yang disukai, mau dimodel bagaimana, langsung didiskusikan dengan pekerja/pemiliknya. Amboi, suasana yang indah bersama orang-orang lumrah yang tak gampang gerah. Semoga banyak rejeki, ya, bapak-bapak ….
1334740349840283864
Contoh ukiran Jepara (patung dan hiasan dinding)
Usai kami memborong kerajinan ukir dan mebel dari Indonesia lewat container 4 kaki saat pindah rumah dan memasangnya di Jerman, ternyata bangsa Eropa ini terpesona dengan kreativitas anak bangsa … apalagi harganya miring. Misalnya sebuah hiasan dinding kepala suku Indian harga dihargai Rp 250.000,00 padahal kalau harga segitu kita hanya bisa membeli hiasan sak upil (red : kecil) di Jerman. Atau sebuah cermin dinding ukuran besar dan berukir dibandrol Rp 500.000,00 sedangkan di negeri penuh aturan ini, sudah melambung minimal 190 euroan!
Hiks, Indonesia memang kaya akan hasil produksi berkualitas, tapi lini bawah bisa jadi belum bisa kaya meraup hasil jerih payahnya …
Ketiga, pantai pasir putih nan indah membuat saya bangga sekaligus iri (Semarang dianugerahi pantai pasir coklat kehitaman, amis dan kotor sedang Jerman, hanya Hamburg dan sekitarnya yang ketiban sampur dapat pantai dingin)
Pantai Tirto Samudera adalah sebuah obyek unggulan kota Jepara (kira-kira 7 km dari pusat kota, arah utara). Pantai yang dahulu sering dikunjungi RA Kartini dan keluarga serta teman Belanda ini dijuluki pantai Bandengan karena konon banyak ditemukan ikan bandeng kala itu. Sedangkan desa didekatnya, namanya Desa Bandengan.
Pantai ini tak hanya cocok untuk bermain pasir,  bermain layang-layang, berperahu, bermain volley pantai, jalan-jalan atau sekedar duduk-duduk menikmati sun set

Tidak ada komentar:

Posting Komentar